You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kalurahan BANJARASRI
Kalurahan BANJARASRI

Kap. Kalibawang, Kab. Kulon Progo, Provinsi DI Yogyakarta

SELAMAT DATANG WEBSITE RESMI KALURAHAN BANJARASRI, KAPANEWON KALIBAWANG, KABUPATEN KULON PROGO, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KI NERANG PRAWIRO NENGGOLO SEJARAH BABAT PADUKUHAN KALISOKA

Admin Kalurahan 09 Agustus 2025 Dibaca 19 Kali
KI NERANG PRAWIRO NENGGOLO  SEJARAH BABAT PADUKUHAN KALISOKA

Diceritakan pada jaman penjajahan diera perjuangan Pangeran Diponegoro ada seorang prajurit yang menjadi bagian dari pasukan Diponegoro. Mereka adalah Ki Nerang Prawiro Nenggolo (Raden Bei Nerang Prawiro Nenggolo). Beliau bersembunyi disalah satu wilayah diperbukitan Menoreh (waktu itu belum ada ada nama Padukuhan Kalisoka) guna menyusun siasat untuk mengalahkan pihak penjajah. Selain bersembunyi dan menyusun siasat beliau juga melatih para pemuda dari sekitar wilayah tersebut untuk turut serta menjadi pejuang melawan penjajah. Dalam usaha melatih para pemuda menjadi prajurit diponegoro mereka dibantu oleh 3 orang murid kesayangan mereka yaitu Onggo Joyo, Onggo Kusumo, dan Onggo Suro. Selain itu beliau juga memiliki sepasang suami istri yang menjadi emban yaitu Ki Ciblek dan Nyi Ciblek. Adapun wilayah itu adalah hutan yang dipenuhi tanaman kopi dan tanaman ubi. 

Mereka bahu membahu dalam usaha untuk mendidik prajurit yang tangguh dalam ilmu berperang. Para pemuda menjadi sangat kuat dengan latihan ilmu kanuragan dan latihan fisik yang sangat berat. Hal ini didukung dengan keadaan alam wilayah tersebut yang sangat sulit dan minimnya sumber makanan. Selain berlatih perang mereka juga mengolah perkebunan disiang hari sebagai tipu muslihat agar tidak ada yang tahu tentang aktivitas mereka. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya tanaman Bili dan Bolo (Polo Kependem) yang dulu menjadi sumber makanan utama karena belum adanya area sawah diwilayah tersebut dan daerah ini tidak terdapat mata air.

Semakin lama pemuda yang bergabung dalam pasukan itu semakin banyak jumlahnya dikarenakan semangat dan keinginan yang tinggi untuk mengusir penjajah. Akan tetapi mereka semakin kesulitan dalam mencukupi kebutuhan pangan terutama air minum. Selain sumber air yang cukup jauh untuk diambil, jumlahnya hanya sedikit dan kualitas air tidak cukup baik sehingga banyak prajurit yang sering sakit karena tidak cocok dengan keadaan alam dan sumber air yang kurang baik. Karena keprihatinan ini saat itu Ki Nerang Prawiro Nenggolo mengajak ketiga muridnya untuk bersemedi memohon bantuan Tuhan Yang Kuasa agar diberikan sumber air yang baik. Mereka bersama- sama mengheningkan cipta dipojok wilayah tersebut yang berada didekat sungai kering dan duduk bersila untuk memulai semedi. Ki Narang Prawiro Nenggolo menancapkan kayu tongkatnya yang berasal dari sepotong kayu Soka dan beliau meminta saudara dan ketiga muridnya untuk bersemedi dan mengheningkan cipta memohon bantuan Yang Maha Kuasa.

Beberapa hari setelah mereka bersemedi salah satu murid yang Bernama Onggo Joyo tidak dapat melanjutkan semedinya dikarenakan dia terganggu oleh suara gemericik air yang sangat keras. Akhirnya Onggo Joyo beranjak dari tempatnya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun agar tidak menggangu yang lain. Onggo joyo memberanikan diri mencari dari mana sumber suara air itu berasal. Dalam keadaan gelap gulita Onggo Joyo berjalan menuruni sebuah lereng kecil yang tidak jauh dari tempat mereka dan alangkah terkejutnya dia saat menemukan sumber mata air yang sangat besar dan jernih yang ada diatas sungai kering. Segera dia membersihkan tempat itu untuk memastikan bagaimana keadaan sumber mata air tersebut.

Menjelang pagi Onggo Joyo Kembali untuk melaporkan penemuan sumber mata air yang ia temukan. Sesampainya Onggo Joyo ditempat itu, ia memberanikan diri membangunkan semedi kedua dan saudara seperguruanya dan melaporkan kejadian yang dia alami. Alangkah bersyukurnya mereka karena doa dalam semedi mereka dikabulkan oleh Sang maha Pencipta. Dalam kegembiraan mereka tiba-tiba datang sepasang suami istri yang sedang mencari kayu dengan tergopoh gopoh. Mereka melaporkan bahwa mereka menemukan sebuah mata air yang sangat besar tidak jauh dari tempat mereka bersemedi. Ki Nerang Prawiro Nenggolo segera beranjak dari tempat itu menuju lokasi mata air yang ditemukan. Ternyata disitu ada mata air yang jauh lebih besar dari mata air yang sebelumnya ditemukan. Ki Nerang Prawiro Nenggolo diam sejenak, menghela nafas Panjang lalu berkata kepada semua yang ada disitu. Bahwa mata air yang ditemukan oleh Onggo Joyo beliau beri nama Sendang Wadon. Kemudian mata air yang ditemukan oleh sepasang suami istri tadi beliau beri nama sendang Lanang. Kemudian Ki Prawiro Nenggolo melanjutkan kata- katanya bahwa beliau ingin tempat yang mereka tempati saat ini menjadi tempat tinggal untuk banyak orang dan beliau memberi nama wilayah tersebut Kalisoka. Dan kepada sepasang suami istri pencari kayu tadi beliau memberi nama mereka menjadi Ki Soka dan Nyi Soka, yang dimana mereka berdua akan menjadi cikal bakal yang sangat dihormati diwilayah tersebut.

Tidak lama setelah kejadian tersebut datanglah utusan dari Pangeran Diponegoro membawa pesan untuk Ki Nerang Prawiro Nenggolo yang isinya bahwa pasukan Diponegoro membutuhkan bantuan. Segera Ki Nerang prawiro Nenggolo memerintah semua murid dan pasukanya untuk segera berangkat guna membantu pasukan Pangeran Diponegoro yang terdesak. Namun karena keadaan fisik beliau yang sudah tidak mungkin ikut berperang dikarenakan usia yang sudah sangat tua, murid- muridnya meminta agar Ki Nerang Prawiro Nenggolo bersama dengan istri dan kedua emban yaitu Ki Ciblek dan Nyi Ciblek tetap berada diKalisoka untuk menjaga tempat itu Bersama dengan Ki Soka dan Nyi Soka. Atas permintaan dari murid-muridnya , Ki Nerang Prawiro Nenggolo menetap diwilayah tersebut sampai akhir hayatnya. Beliau dimakamkan di Pasarean Kalisoka nginggil Bersama dengan Nyi Nerang Prawiro Nenggolo serta Ki Ciblek dan Nyi Ciblek.

Sementara Ki Soka dan Nyi Soka dimakamkan di Pasarean Kalisoka Ngandap yang terletak kira-kira 500 meter dari Pasarean Kalisoka Nginggil. Tidak diceritakan silislah keturunan mereka dikarenakan tidak ditemukan data dan silsilah keturunan yang mendukung terkait hal tersebut. Namun masarakat di Padukuhan Kalisoka tetap menghormati dengan adanya makam leluhur tersebut. Hal ini dibuktikan dengan masyarakat melakukan kegiatan bersih dimakam dan sendang tersebut pada bulan dan kegiatan yang masyarakat Yakini sebagai bulan yang baik salah satunya bulan Agustus dan kegiatan Merti Desa. Salah satu cerita masyarakat yang hingga saat ini masih disakralkan adalah bahwa kayu Cikli ( sari ) yang ada di Pasarean Ki Nerang Prawiro Nenggolo tidak boleh keluar dari wilayah Kalisoka. Hal ini dibuktikan dengan banyak orang yang pernah mencoba membawa dahan kayu tersebut pergi namun mereka segera mengembalikan batang atau dahan kayu Cikli tersebut ketempat semula karena mendapat bisikan untuk mengembalikannya. Sementara pohon Soka yang ada diatas Sendang Wadon tidak bisa tumbuh selain diWilayah Sendang itu. Masyarat juga meyakini adanya ular berbentuk kendang yang menunggu sendang tersebut. Demikian cerita sejarah singkat tentang adanya pasarean Ki Nerang Prawiro Nenggolo.

 

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image