You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kalurahan BANJARASRI
Kalurahan BANJARASRI

Kap. Kalibawang, Kab. Kulon Progo, Provinsi DI Yogyakarta

SELAMAT DATANG WEBSITE RESMI KALURAHAN BANJARASRI, KAPANEWON KALIBAWANG, KABUPATEN KULON PROGO, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SENI SELOKA: TRADISI LINTAS IMAN YANG MASIH HIDUP DI PADUKUHAN KALISOKA

Admin Kalurahan 09 Agustus 2025 Dibaca 32 Kali
SENI SELOKA: TRADISI LINTAS IMAN YANG MASIH HIDUP DI PADUKUHAN KALISOKA

 Di tengah gempuran budaya populer dan arus modernisasi, ada satu tradisi lokal yang tetap bertahan dan bahkan lestari di Padukuhan Kalisoka, Banjarasri, Kulon Progo, Yogyakarta yakni Seni Seloka. Tradisi ini bukan hanya sebuah pertunjukan seni musik dan vokal biasa, tetapi juga menjadi warisan budaya yang sarat nilai sejarah, spiritualitas, dan toleransi lintas agama.

Apa itu Seni Seloka?

Seni Seloka adalah tradisi musik religius khas umat Katolik di Kalisoka yang membawakan rangkuman isi Babat Suci Injil dalam bentuk syair berbahasa Jawa. Tradisi ini mirip dengan sholawatan atau rebana pada komunitas Muslim, tetapi dengan konten yang berbeda. Dulu, syair-syairnya ditulis dalam aksara Jawa, namun kini telah dialihaksarakan menjadi latin berbahasa Jawa agar lebih mudah dibaca oleh generasi muda.

Pertunjukan ini digelar rutin setiap malam Minggu ketiga secara bergiliran di rumah-rumah warga anggota, dan hingga kini masih aktif dijalankan oleh 27 orang anggota, termasuk beberapa anak muda turut juga dilatih untuk melanjutkan tradisi ini.

Alat Musik Tradisional Khas

Yang menjadikan Seni Seloka unik adalah penggunaan alat-alat musik tradisional yang khas dan jarang ditemukan di tempat lain. Semua alat tersebut terbuat dari kerajinan kayu dan tulang sapi, di antaranya, Kenting-Kentong, Kemplung, Gong, Kendang, dst . Dengan enam orang memainkan alat musik ini, sementara anggota lainnya menyanyikan syair secara berkelompok, menciptakan suasana syahdu dan sarat spiritualitas.

Asal-Usul dan Sejarah

Tradisi Seni Seloka diyakini telah ada sejak tahun 1960, namun baru secara resmi diakui dan mulai ditradisikan secara berkelanjutan pada tahun 1997. Menariknya, pada masa awal kemunculannya, tradisi ini bisa dikatakan sebagai akulturasi agama, yaitu terdapat dua pertunjukan yakni Seni Seloka untuk umat Katolik dan Sholawatan Pitutur untuk umat Islam

Kedua tradisi ini pernah dipentaskan bersama, dalam sebuah bentuk pertunjukan lintas iman, di mana isi dari kitab suci masing-masing (Injil dan Al-Qur’an) dibacakan secara bergiliran dalam bentuk syair. Ini adalah bentuk toleransi dan persaudaraan yang sangat langka, menunjukkan bahwa seni dapat menjadi ruang dialog antaragama yang harmonis. Sayangnya, tradisi sholawatan pitutur saat ini tidak lagi dilestarikan, sehingga Seni Seloka menjadi satu-satunya tradisi yang masih bertahan sampai era kini.

Perkembangan dan Pelestarian

Walau usianya telah melewati setengah abad, Seni Seloka terus mengalami regenerasi. Beberapa anak muda kini aktif berlatih dan ikut tampil dalam pertunjukan, yang menunjukkan bahwa tradisi ini tidak hanya dijaga oleh generasi tua, tetapi juga mulai dicintai generasi muda. Seni Seloka juga telah dipentaskan di berbagai acara budaya dan pernah diperlombakan, menjadi representasi kekayaan budaya dan spiritual dari Padukuhan Kalisoka.

Seni Seloka bukan sekadar pertunjukan seni. Ia adalah narasi hidup tentang bagaimana seni, iman, dan budaya bisa berjalan beriringan dalam semangat toleransi dan gotong royong. Di tengah derasnya arus modernisasi dan homogenisasi budaya, Padukuhan Kalisoka telah membuktikan bahwa kekayaan lokal tidak hanya bisa bertahan, tapi juga bersinar dengan caranya sendiri.

Oleh karenanya Menjaga Seni Seloka berarti menjaga akar budaya, nilai toleransi, dan identitas lokal yang unik. Sudah semestinya tradisi ini mendapat perhatian lebih luas, baik dari pemangku kebijakan budaya maupun generasi muda yang haus akan warisan yang bermakna. Seni ini bukan hanya milik Kalisoka, tapi juga warisan kebhinekaan Indonesia.

 

 

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image