
Dukuh Kalisoka tak hanya dikenal karena potensi pertaniannya, tetapi juga karena munculnya wirausaha muda yang mulai membangun usaha mandiri dari skala rumah tangga. Salah satu contohnya adalah Mas Fian, pemuda lokal yang mengelola usaha budidaya lele secara mandiri sekaligus berasal dari keluarga yang juga bergerak di bidang kerajinan kayu dan akuarium kaca.
Budidaya Lele Skala Rumahan
Usaha budidaya lele yang dijalankan Mas Fian dimulai sejak ia masih duduk di bangku SMA. Meskipun sempat berhenti akibat serangan hama seperti berang-berang, usaha ini kini telah berjalan kembali dan semakin berkembang. Saat ini, Mas Fian mengelola empat kolam lele dengan kapasitas sekitar 5.000 ekor lele siap panen dan 3.000 ekor bibit setiap siklus.
Proses budidaya dikelola sepenuhnya secara mandiri, mulai dari pemberian pakan, pemeliharaan, hingga distribusi hasil panen. Pakan yang digunakan adalah pelet murni tanpa campuran sisa makanan atau usus, demi menjaga kualitas daging lele agar tetap disukai oleh pengepul.
Pemasaran dan Pelayanan Konsumen
Hasil panen lele dipasarkan ke pengepul di daerah Minggir, Sendang Arum, dan sebagian juga melayani penjualan langsung ke warga sekitar. Konsumen dapat memilih kondisi lele sesuai keinginan, baik dalam keadaan hidup maupun sudah dibersihkan dengan tambahan biaya jasa. Pengantaran pun dilakukan sendiri oleh Mas Fian menggunakan kendaraan pribadi.
Harga jual lele berkisar antara Rp21.000–Rp23.000 per kilogram, tergantung kondisi pasar. Dalam satu kali panen, usaha ini mampu menghasilkan keuntungan sekitar Rp1–2 juta dari modal awal Rp10 juta, menjadikannya sebagai usaha sampingan yang stabil dan terus berkembang.
Kerajinan Keluarga: Topeng Kayu dan Akuarium
Selain budidaya lele, keluarga Mas Fian juga memiliki usaha kerajinan berbasis kayu dan kaca. Usaha ini berlokasi di wilayah Kisik, Banjarasri. Produk yang dihasilkan meliputi topeng kayu, ukiran kaki meja, akuarium kaca, hingga etalase kaca. Usaha kerajinan ini menerima berbagai pesanan dan menjadi salah satu contoh wirausaha berbasis keterampilan tangan yang masih bertahan dan berkembang di daerah pedesaan.
Kisah Mas Fian menunjukkan bahwa dengan tekad, pengetahuan, dan keberanian untuk memulai, pemuda desa mampu menciptakan lapangan kerja mandiri yang potensial dan berkelanjutan. Dukuh Kalisoka menyimpan potensi besar yang siap dikembangkan, baik di sektor agribisnis maupun kerajinan tangan.
Usaha yang dijalankan Mas Fian menjadi contoh positif bagaimana potensi desa bisa digali dan dikelola oleh generasi muda. Di tengah tren merantau ke kota, keberadaan usaha seperti ini memberikan harapan baru bahwa peluang juga bisa diciptakan dari desa sendiri.